Reka Ulang Pembunuhan Siswi SMK Permata Harapan |
Rencana Maut Disusun di Kampung Bule
BATAM (HK) -- Asen (35) dan Panca (buronan) menyusun rencana maut, menghabisi nyawa Aprilian Dewi (17) siswi SMK Permata Harapan Batam yang juga model di satu tempat di Kampung Bule, Nagoya, Batam pada 9 mei 2014. Pembunuhan tersebut dilatarbelakangi keinginan pelaku untuk menguasai harta korban.
BATAM (HK) -- Asen (35) dan Panca (buronan) menyusun rencana maut, menghabisi nyawa Aprilian Dewi (17) siswi SMK Permata Harapan Batam yang juga model di satu tempat di Kampung Bule, Nagoya, Batam pada 9 mei 2014. Pembunuhan tersebut dilatarbelakangi keinginan pelaku untuk menguasai harta korban.
Rencana jahat itu terungkap dalam reka ulang (rekontruksi) kasus pembunuhan yang dilakukan kedua terdakwa terhadap Dewi, yang digelar jajaran Polsek Lubukbaja bersama tim Inafis Polresta Barelang, Kamis (17/7) mulai pukul 11.30 WIB di lima lokasi. Seperti diketahui, Dewi ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan, mengapung dalam keadaan telanjang di perairan Jembatan V Barelang.
Reka ulang dipimpin oleh Kapolsek Lubuk Baja, Kompol Aris Rusdianto. Selain petugas kepolisian, tampak juga petugas dari Kejaksaan Negeri Batam dan kuasa hukum Asen.
Kepada wartawan, Komisaris Aris Rusdiyanto mengatakan, ada 19 adegan yang diperagakan Asen dalam reka ulang tersebut, mulai dari penyusunan rencana, menghubungi korban, membunuh hingga membuang jasad korban. Kemudian, ada 5 lokasi yang dilalui pelaku beserta korban.
"Perencanaan pembunuhan oleh dua pelaku dilakukan di kawasan Kampung Bule, Nagoya."
"Kemudian berlanjut, pelaku menjemput korban di depan Hotel 89, Penuin. Lalu, pelaku bersama korban pergi ke sebuah toko kelontong di kawasan Pondok Asri, Seipanas dengan menggunakan mobil Avanza yang dirental pelaku. Di toko itu, pelaku membeli tali yang nantinya digunakan untuk menjerat korban hingga tewas," kata Kapolsek.
Dari Seipanas, lanjut Aris, pelaku membawa korban ke Bukit Daeng, Mukakuning. Di tempat itulah pelaku menghabisi nyawa korban. Usai membunuh, pelaku mengambil harta dan mempreteli pakaian korban.
Selanjutnya, korban yang sudah tak bernyawa dibawa ke Jembatan Lima Barelang. "Di sana, pelaku membuang korban ke laut. Dari reka ulang, diketahui bahwa yang membunuh korban adalah Panca, sekarang masih buron dan terus kita cari," kata Kapolsek. Untuk motif, kata Aris, pelaku ingin menguasai harta korban.
Sementara itu, pantauan selama reka ulang, Asen yang mengenakan baju tahanan warna merah, tampak tenang melakukan adegan demi adegan. Dengan lancar ia menuturkan setiap tindakan, mulai penyusunan rencana hingga pembuangan jasad korban.
Asen tampak santai melakoni adegan menelepon Dewi. Saat itu, ia mengajak korban untuk shooting di daerah Bandara Hang Nadim, Batubesar. Kemudian, ia bersama Panca menjemput korban di depan Hotel 89 Windsor. Rumah korban berada tak jauh dari lokasi penjemputan.
"Saat itu dia (korban) tidak menolak. Dia tanya tunggu dimana, saya jawab di tempat biasa (depan hotel 89 Windsor). Saya yang bawa mobil," kata Asen.
"Dia tidak ngomong apa-apa. P pindah ke belakang. Sementara Dewi langsung masuk mobil dan duduk di sebelah saya," sambungnya.
"Saya bawa dulu dia ke toko kelontong di Seipanas. Saya pernah tinggal di sini (Seipanas) dan sering belanja beli beras dan barang-barang lainnya," jawab Asen saat ditanya alasannya membeli tali di Seipanas.
Dari Seipanas, Asen mengemudikan mobil ke arah Tiban lalu Sekupang kemudian Aviari (Batuaji). Mereka lanjutkan ke Mukakuning. Di tempat sepi di wilayah Bukit Daeng, Panca kemudian menjerat leher Dewi dari belakang. Asen ikut membantu sampai akhirnya korban tak bernafas lagi.
Setelah mengetahui korban tewas, kedua pelaku mengarahkan mobil ke Jembatan V Barelang, lalu membuang jasad korban ke laut. Kemudian, pelaku putar balik. Setelah mengantar Panca, Asen sempat kembali ke kos-kosannya di wilayah Bengkong.
Sempat diberitakan sebelumnya, mobil Avanza yang dipakai Asen ditemukan di Pasar Mega Legenda setelah sempat kejar-kejaran dengan polisi dari arah Batuaji.
Pelarian Asen, berakhir pada 15 Mei 2014 pukul 16.00 WIB setelah polisi membekuknya di kawasan Bengkong. Tak cuma menangkap, polisi juga menghadiahi Asen dengan timah panas di bagian kakinya. (hk/ded/cw88)
Reka ulang dipimpin oleh Kapolsek Lubuk Baja, Kompol Aris Rusdianto. Selain petugas kepolisian, tampak juga petugas dari Kejaksaan Negeri Batam dan kuasa hukum Asen.
Kepada wartawan, Komisaris Aris Rusdiyanto mengatakan, ada 19 adegan yang diperagakan Asen dalam reka ulang tersebut, mulai dari penyusunan rencana, menghubungi korban, membunuh hingga membuang jasad korban. Kemudian, ada 5 lokasi yang dilalui pelaku beserta korban.
"Perencanaan pembunuhan oleh dua pelaku dilakukan di kawasan Kampung Bule, Nagoya."
"Kemudian berlanjut, pelaku menjemput korban di depan Hotel 89, Penuin. Lalu, pelaku bersama korban pergi ke sebuah toko kelontong di kawasan Pondok Asri, Seipanas dengan menggunakan mobil Avanza yang dirental pelaku. Di toko itu, pelaku membeli tali yang nantinya digunakan untuk menjerat korban hingga tewas," kata Kapolsek.
Dari Seipanas, lanjut Aris, pelaku membawa korban ke Bukit Daeng, Mukakuning. Di tempat itulah pelaku menghabisi nyawa korban. Usai membunuh, pelaku mengambil harta dan mempreteli pakaian korban.
Selanjutnya, korban yang sudah tak bernyawa dibawa ke Jembatan Lima Barelang. "Di sana, pelaku membuang korban ke laut. Dari reka ulang, diketahui bahwa yang membunuh korban adalah Panca, sekarang masih buron dan terus kita cari," kata Kapolsek. Untuk motif, kata Aris, pelaku ingin menguasai harta korban.
Sementara itu, pantauan selama reka ulang, Asen yang mengenakan baju tahanan warna merah, tampak tenang melakukan adegan demi adegan. Dengan lancar ia menuturkan setiap tindakan, mulai penyusunan rencana hingga pembuangan jasad korban.
Asen tampak santai melakoni adegan menelepon Dewi. Saat itu, ia mengajak korban untuk shooting di daerah Bandara Hang Nadim, Batubesar. Kemudian, ia bersama Panca menjemput korban di depan Hotel 89 Windsor. Rumah korban berada tak jauh dari lokasi penjemputan.
"Saat itu dia (korban) tidak menolak. Dia tanya tunggu dimana, saya jawab di tempat biasa (depan hotel 89 Windsor). Saya yang bawa mobil," kata Asen.
"Dia tidak ngomong apa-apa. P pindah ke belakang. Sementara Dewi langsung masuk mobil dan duduk di sebelah saya," sambungnya.
"Saya bawa dulu dia ke toko kelontong di Seipanas. Saya pernah tinggal di sini (Seipanas) dan sering belanja beli beras dan barang-barang lainnya," jawab Asen saat ditanya alasannya membeli tali di Seipanas.
Dari Seipanas, Asen mengemudikan mobil ke arah Tiban lalu Sekupang kemudian Aviari (Batuaji). Mereka lanjutkan ke Mukakuning. Di tempat sepi di wilayah Bukit Daeng, Panca kemudian menjerat leher Dewi dari belakang. Asen ikut membantu sampai akhirnya korban tak bernafas lagi.
Setelah mengetahui korban tewas, kedua pelaku mengarahkan mobil ke Jembatan V Barelang, lalu membuang jasad korban ke laut. Kemudian, pelaku putar balik. Setelah mengantar Panca, Asen sempat kembali ke kos-kosannya di wilayah Bengkong.
Sempat diberitakan sebelumnya, mobil Avanza yang dipakai Asen ditemukan di Pasar Mega Legenda setelah sempat kejar-kejaran dengan polisi dari arah Batuaji.
Pelarian Asen, berakhir pada 15 Mei 2014 pukul 16.00 WIB setelah polisi membekuknya di kawasan Bengkong. Tak cuma menangkap, polisi juga menghadiahi Asen dengan timah panas di bagian kakinya. (hk/ded/cw88)
@
Tagged @ Berita Batam.
Tagged @ Kasus Pembunuhan
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten