Bocah Tewas Dibanting Ayahnya |
BATAM HARI INI - Entah setan apa yang merasuki Tarmizi (35), warga Blok C Tiban I, Kelurahan Tiban Indah, Kecamatan Sekupang Kota Batam ini.
Tanpa perasaan, ia membanting anak kandungnya, Nur Aina (4) ke lantai rumahnya hingga tewas, Jumat (14/6) dini hari.
Tragisnya, sang istri, Erlinawati (25) yang mengetahui hal tersebut, hanya bisa diam tanpa ada upaya melarang. Kedua orangtua itu pun harus mendekam di balik jerusi besi setelah sempat bermaksud menutupi aksi keji mereka.
"Pelaku Tarmizi kita tahan langsung. Karena diketahui telah melakukan tindak penganiayaan sadis yang berakibat hilangnya nyawa seorang bocah perempuan bernama Nur Aina (4). Ironisnya, bocah perempuan yang malang itu adalah anak kandungnya sendiri," kata Kapolsek Sekupang, Robertus B Herry kepada wartawan di Mapolsek Sekupang, Jumat (14/6) siang.
Saat pertama ditangkap, ujar Robertus, Tarmizi sempat berusaha mengelabui petugas tentang penyebab kematian Nur Aina, yang merupakan anak keduanya itu. Tarmizi dan Erlinawati mengaku jika kematian Aina karena terjatuh di kamar mandi.
Namun polisi tak mau begitu saja percaya. Setelah diperiksa polisi dengan mempelihatkan tanda-tanda kekeraasan di tubuh bocah perempuan tersebut, akhirnya Tarmizi mengakui kalau kematian Nur Aina itu akibat perbuatannya sendiri.
"Kematian Nur ini dilaporkan ke polisi karena terbilang janggal, banyak ditemukan luka memar di sekujur tubuh korban dari ujung kaki hingga kepala," kata Robertus.
"Di Mapolsek Sekupang pelaku mengakui perbuatanya dan kami tetapkan sebagai tersangka. Sedangkan istrinya, masih sebagai saksi," lanjutnya.
Polisi juga menemukan banyak bekas luka di jasad korban saat terbujur kaku di RSUD Embung Fatimah. Sejumlah luka di kepala terlihat hingga berakibat di beberapa bagian kepala tak tumbuh rambut lagi. Sementara di pundak sebelah kiri terdapat bekas luka yang lebar dan bekas lukanya membengkak. Ada pula luka bekas siraman air panas dan sayatan benda tajam.
Dihadapkan fakta-fakta itu, Tarmizi pun akhirnya mengaku, ia sudah membanting anaknya ke lantai rumah lantaran tidak bisa menahan emosi terhadap korban.
"Saya memukul dan membanting dia, karena sering berantem sama abangnya. Tiba-tiba saya emosi seperti orang kesetanan, akhirnya Nur Aina saya banting ke lantai yang membuatnya sakit tidak bisa bernapas," kata Tarmizi. Hal itu dibenarkan oleh Erlina saat diperiksa polisi.
Pengakuan pria , yang kesehariannya berkerja sebagai tukang cukur rambut itu, penganiayaan berawal saat ia baru pulang ke rumahnya sekitar pukul 24.00 WIB. Dia melihat Aina dalam keadaan menangis karena bertengkar dengan Khairil (6) abangnya.
"Setelah dibujuk-bujuk, Nur Aina nangis terus tak mau berhenti. Karena tak mau diam, tiba-tiba saya kemasukan setan dan emosi, lalu saya angkat dia saya banting ke lantai," kata Tarmizi yang tampak sangat menyesali perbuatannya tersebut.
Lanjut Tarmizi, setelah terbanting, dilihatnya anaknya itu langsung sesak nafas. "Nafas Aina tersendat-sendat dan tubuhnya mulai melemas," katanya.
Panik, Tarmizi dan Erlinawati langsung membawa korban ke rumah ibu kandung Tarmizi di Perumahan Mutiara Indah, Batuaji. Namun, di perjalanan, takdir berkata lain. Bocah polos tersebut sudah pergi menghadap Sang Pencipta untuk selama-lamanya.
"Saat di rumah, denyut nadinya masih ada. Tapi waktu di jalan saya pegang denyut nadi di tangannya sudah tidak ada, namun saya tetap membawanya ke rumah ibu saya di Batuaji," ujar Tarmizi.
Kedua orangtua korban lantas membawa korban ke RSUD Embung Fatimah, Batuaji. Maksudnya, untuk meminta surat keterangan kematian dari rumah sakit tersebut.
Namun, karena korban dibawa dalam keadaan meninggal, pihak RSUD meminta Tarmizi mengurus surat kematian dari RT dan RW. Upaya Tarmizi dan Erlina tak semulus harapan mereka. Ketua RT tempat mereka tinggal di Perumahan Mutiara Indah curiga atas kematian korban lantaran melihat ada ketidakwajaran berupa banyak bekas luka di jasad korban.
Kasus ini pun dilaporkan ke Mapolsek Sekupang. Kemudian, petugas meluncur mengamankan Tarmizi dan Erlina, lalu membawanya ke kantor polisi untuk diperiksa.
Sebelumnya, polisi menemukan bukti-bukti adanya kekerasan di tubuh korban. Hasil pemeriksaan, tindakan penganiayaan itu diperkirakan sudah berlangsung sekitar satu tahun.
Tarmizi mengaku, mereka sudah berniat untuk memakamkan korban di Batuaji, tapi tak bisa karena tidak mendapat surat kematian dari perangkat RT di kediamannya.
"Saya memang sudah mau menguburkan Nur Aina, tapi tidak diberikan surat kematian sama ketua RT," ujarnya.
Kerap Disiksa
Sementara itu, saat menjalani pemeriksaan di Polsek Sekupang, Erlinawati mengakui perbuatannya bahwa korban kerap menerima tindak keekrasan bukan saja dari sang ayah tapi juga darinya selaku ibu kandung korban.
"Saya pernah menyiramkan air panas ke tubuh Nur secara tidak sengaja, tapi itu sudah lama," ujar Erlina kepada penyidik.
Tidak hanya menyiram air panas, Erlina juga mengakui sering menyiksa dan memukul korban menggunakan kayu rotan dan ikat pinggang. Alasannya, korban merupakan anak yang bandel dan tidak menurut kepada orangtua.
"Bukan hanya saya saja yang memukul dan menyiksa, tapi Tarmizi suami saya juga sering menyiksa dia," terang Lina sambil tertunduk.
Tarmizi mengamini pernyataan istrinya. Katanya, ia tega menyiksa korban lantaran didorong perasaan lebih sayang kepada anak pertamanya yakni Khairil. Itu karena anak laki-lakinya itu tidak rewel dan menurut kepada orangtua.
"Saya memang lebih sayang kepada anak pertama. Sedangkan untuk korban, saya tidak ada rasa sayang," ungkap Tarmizi.
Paman korban, Hendra membenarkan kalau korban sering diperlakukan kasar oleh ayah dan ibu kandungnya sendiri. Namun ia sangat tidak menyangka bocah itu sudah tewas dan dibawa menuju RSUD Embung Fatimah Batuaji.
"Saya tidak berani melaporkan perlakukan Tarmizi dan Erlina terhadap korban karena saya takut nanti Lina yang akan menjadi korban kekerasan Tarmizi jika saya ikut campur urusan keluarga mereka," katanya.
Informasi yang diperoleh dari pihak keluarga korban, Tarmizi setelah menikah dengan Erlinawati sebelumnya sudah pernah menikah dengan wanita lain. Hanya saja, wanita pertama yang dinikahi Tarmizi tidak diketahui dimana keberadaannya.
Tidak hanya itu, Tarmizi juga dikenal dengan orang yang temperamental. Bahkan sering Tarmizi marah-marah tanpa sebab kepada orang-orang di dekatnya.
"Kerjanya marah-marah terus. Kadang tak tahu apa penyebabnya. Dia bisa marah dan menggampar istri maupun anaknya," kata Rizal, adik bungsu Erlinawati.(hk/ded/vnr)
@
Tagged @ Kasus Pembunuhan
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten