BATAM HARI INI - Budaya Melayu turut menyumbang keragaman budaya bangsa Indonesia. Satu contoh yang paling kentara, akar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Ini menjadi satu sebab, mengapa budaya Melayu patut dilestarikan. Bukan hanya dilestarikan, tetapi juga dikembangkan.
Gathut Dwihastoro, (kanan) bersama Dohardo Pakpahan Bambang Budi Utomo, memberikan pemaparan materi kepada peserta seminar peran budaya Melayu pada perkembangan produk kreatif Indonesia di Hotel Harmoni One Batam Centre, Selasa (10/6).
F.Cecep Mulyana/Batam Pos
”Batam cocok menjadi dasar mengembangkan budaya Melayu. Ini bagus sekali,” kata Gathut Dwihastoro, Kepala Unit Pengelola Kawasan Kota Tua saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk Peran Budaya Melayu pada Perkembangan Produk Kreatif Indonesia di Hotel Harmoni One, Selasa (10/6).
Gathut menyoroti lokasi Batam yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Lokasi Batam ini, akan mempermudah penyebaran syiar budaya Melayu ke negara-negara tersebut. ”Budaya Melayu harus dikuatkan lagi,” katanya.
Batam memang sudah seharusnya memiliki ketahanan budaya yang tinggi. Terlebih, karena Malaysia sama-sama juga memiliki dasar budaya Melayu.
Ironisnya, budaya Melayu di Malaysia malah lebih eksis ketimbang di Batam.
Nuansa Melayu kental terasa bahkan di jalan-jalan raya di Malaysia. Nama-nama jalan hadir dalam tiga bahasa yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Arab Melayu. Belum lagi ornamen bangunan-bangunannya.
Kepala Peneliti Utama Pusat Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo yang juga menjadi pembicara dalam seminar gelaran PPKI tersebut mencontohkan, pemberian nama-nama ruangan dalam sebuah hotel. Nama-nama ruangan bisa menggunakan nama tokoh-tokoh dalam cerita sejarah atau kepahlawanan Melayu. Misalnya, Hang Tuah, Hang Jebat, atau Engku Putri. ”Batam kurang hal-hal semacam itu. Bagaimana kita bisa mempertahankan budaya Melayu kalau hal-hal sepele macam ini diacuhkan?” ujarnya.
Ketahanan budaya Melayu, namun demikian, bukan hanya tanggung jawab pemerintah dalam memperindah kotanya. Ketahanan budaya Melayu itu, pada dasarnya, harus tumbuh di setiap hati sanubari manusia. Ini menjadi tanggung jawab para orang tua kepada anak-anaknya.
Orang tua harus menjadi orang pertama yang mengajarkan anak-anak tentang budaya Melayu. Barulah kemudian anak-anak akan melanjutkan ketahanan budaya Melayu ke teman-teman juga lingkungannya. ”Kita memang harus memulai dari ketahanan kebudayaan. Supaya krisis kebudayaan itu tidak ada lagi,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Batam, Yusfa Hendri sepakat dengan keduanya. Pria yang juga hadir dalam seminar tersebut, menyadari lokasi Batam yang berdekatan dengan Malaysia dan Singapura ini bukan hanya sebagai pintu gerbang ke dunia internasional. Tetapi, juga menjadi benteng. Batam harus diperkuat supaya terhindar dari pengaruh yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa. ”Sangat penting rasanya membangun karakter bangsa,” ujarnya.
Pembangunan karakter bangsa itu, dapat melalui dunia pendidikan. Penguasaan tekonologi pun ikut memegang andil yang besar. ”Supaya nanti, kemajuan pembangunan harus mempertimbangkan sisi kebudayaan. Supaya, nantinya tidak asal bangun saja,” katanya. (ceu)
@
Tagged @ Berita Batam.
Tagged @ Sosial Kemasyarakatan
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten