Pola Rekrutmen Polisi Lebih Transparan |
BATAM HARI INI - Rekrutmen personil di tubuh Polri kini lebih bersih dan transparan. Jika semua persyaratannya lengkap dan memiliki kompetensi maka orang tersebut layak diterima menjadi polisi, tanpa dipungut biaya sepeser pun alias gratis.
"Kita terus berupaya menekan seminimal mungkin peluang-peluang kecurangan dalam proses rekrutmen polisi. Karena kita ingin polisi-polisi yang diterima nanti menjadi polisi yang baik, mengayomi dan memberikan perlindungan kepada masyarakat," kata Kepala Biro SDM Polda Kepri Kombes Susetio Cahyadi, SIK, MK yang ditemui diruang kerjanya, kemarin.
Menurut Susetio, bentuk transparansi yang dilakukan Polda Kepri dalam proses rekrutmen, seperti penerimaan Brigadir Polri beberapa waktu lalu, adalah dengan melibatkan beberapa elemen masyarakat. Mulai dari LSM, tokoh masyarakat hingga media massa. Masing-masing elemen masyarakat akan memegang kunci untuk membuka soal test yang sudah dalam bentuk soft copy secara bersama-sama.
"Artinya, satu orang saja yang membuka soal test tersebut tidak bisa, karena memang harus bersama-sama membukanya. Ini baru pada proses pembukaan soal test. Dan itu akan terus berlanjut sampai pada tahapan berikutnya hingga seorang peserta dinyatakan lulus," ujar alumnus Akpol 1993 ini.
Bahkan, lanjut dia, untuk menghindari adanya upaya-upaya penipuan yang diduga dilakukan oknum polisi dan pihak lainnya, Polda Kepri menjalin kerjasama dengan provider telekomunikasi dengan mengirim sms bernada imbauan ke nomor handphone orang tua calon bintara yang diambil saat mendaftarkan putra-putrinya. Ini dilakukan untuk mem-protec (melindungi) mereka dari orang-orang tak bertanggungjawab.
Khusus untuk pengiriman sms melalui jasa provider, mantan Kapolres Salatiga ini mengatakan, bahwa hal tersebut, baru dilakukan di jajaran Polda Kepri." khusus pengiriman sms melalui provider, baru Polda Kepri yang menerapkannya. Dengan langkah tersebut, terbukti mampu menekan angka komplain para pelamar maupun tingkat pelamar yang mengaku ditipu oleh pihak yang tidak bertanggung jawab," ujar Susetio.
"Dengan sistem ini, mereka akan ter-protec dengan sendirinya. Orang tua calon bintara yang berusaha didekati, akan langsung menunding orang tersebut penipu, jika ada pihak mengaku-ngaku bisa menolong dengan imbalan uang. Paling tidak dengan cara ini, oknum-oknum tersebut berpikir dua kali dalam menawarkan jasanya untuk 'menolong' calon bintara tersebut," katanya.
Pola-pola seperti ini tidak hanya dilakukan saat proses rekrutmen tetapi saat penempatan personil. Ia mengatakan, untuk menempatkan seorang personil polisi di wilayah tertentu harus berdasarkan nilai scoring yang sudah ditentukan.
"Misalnya, seorang polisi memiliki nilai scorring paling tinggi, layak ditempatkan di wilayah yang tingkat kerawanannya juga tinggi. Karena secara akademik, si polisi tersebut dinilai memiliki kemampuan analisa dan gerakan. Dan, bagi mereka yang scoringnya di bawah itu akan ditempatkan di wilayah yang gangguan kamtibmas rendah,
Susetio juga menyebutkan, untuk mewujudkan personil Polri yang berkarakter harus dimulai dari proses rekrutmen. Kalau pola rekrutmennya baik maka hasilnya juga akan baik. Begitu juga sebaliknya, jika pola rekrutan asal-asalan maka polisi yang dihasilnya juga akan asal-asalan kinerjanya. (hk/sfn)
@
Tagged @ Berita Batam.
Tagged @ Pertahanan Keamanan
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten