informasi berita layaknya sebuah koran yang ada di batam

Menyoal Aktivitas Komunitas Gay Di Batam

Tertangkapnya empat pelaku pembunuh Anto (39), seorang akuntan (sebelumnya ditulis manager restoran) melegakan warga Batam.
BATAM HARI INI - Tertangkapnya empat pelaku pembunuh Anto (39), seorang akuntan (sebelumnya ditulis manager restoran) melegakan warga Batam. 

Namun, ternyata keempat pelaku pembunuh itu diketahui adalah remaja pria pelajar tingkat SLTA dan tergabung dalam komunitas gay pelajar Batam, justru membuat Walikota Batam Ahmad Dahlan risau. Walikota prihatin atas kasus yang membelit para pelajar tersebut.
Dahlan mengatakan, adanya komunitas gay di Batam tidak terlepas dari semakin berkembangnya kota industri ini. Maka, kata Dahlan, semua warga di Batam punya tanggung jawab sama untuk memperhatikan lingkungan dan anak-anak generasi penerus.    

"Kita harus bisa meminimalisirkan keberadaan orang (kaum gay, red) seperti ini. Ini tugas kita semuanya agar dapat memperhatikan lingkungan sekitar," ujar Dahlan menanggapi adanya komunitas gay pelajar di Batam, usai peresmian proyek di Pelabuhan Telaga Punggur.

Seperti diwartakan, polisi berhasil membekuk empat pelaku pembunuh Anto, seorang akuntan yang ditemukan tewas rumahnya di Perumahan Centre Point Blok D 12A, Batam Centre, pada 27 Januari lalu. Keempat pelajar yang masih berstatus pelajar tingkat SLTA itu berinisial NIK (17), DI (21), RY (16) dan JUV (16). Mereka adalah anggota komunitas gay pelajar Batam. 

Terungkapnya eksistensi komunitas penyuka sesama pria itu, setelah Haluan Kepri mewawancarai DI saat polisi melakukan ekspose di Mapolresta Barelang, Senin (17/2). 

Walikota menambahkan, pihak sekolah di mana para pelajar itu sekolah diminta lebih memperhatikan anak didiknya. Terutama yang memiliki latar belakang gay. 

"Sebaiknya di sekolah para guru bisa memperhatikan anak didik. Guru harus memberi pemahaman kepada anak didik yang diduga berperilaku menyimpang lewat pelajaran agama, sosial dan lain-lain," kata Walikota memberi saran.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam, Udin P Sihaloho menilai sikap dan perilaku pelajar yang menyimpang itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Udin, meski sudah menimba ilmu, bukan berarti orang tua harus lepas tangan. 

"Kita menyesalkan kejadian ini. Apalagi ini masih pelajar.  Di satu sisi kita menyampaikan kepada orang tua, anak itu bukan sepenuhnya tanggung jawab sekolah. Tapi lingkungan dan orang tua, juga dapat mempengaruhi mental anak," jelasnya. 

Udin merasakan jam belajar mata pelajaran agama masih sangat kurang di sekolah-sekolah. Tnetang sosialisasi bahaya narkoba pun minim diberikan baik pihak sekolah maupun pihak lain yang berkompeten.

"Untuk sosialisasi narkoba dan seks bebas itu, harusnya bekerjasama dengan dinas terkait. Misalnya KPAI dan aparat kepolisian. Jangan seremonial saja. Saya juga mau sampaikan, pada 2014 kita menganggarkan untuk penambahan guru pendidikan agama dan itu dianggarkan di APBD dan efektif mulai Januari. Tapi,  sampai sekarang belum terealisasi dan sekarang belum ada. Saya takut itu akan disalahgunakan oleh Disdik," bebernya.

Faktor Cemburu

Sementara itu, psikolog anak dari Rumah Sakit Awal Bros Batam Mariana mengatakan, kasus yang menimpa anak-anak pelajar untuk melakukan pembunuhan, lantaran tidak terkontrolnya emosi seperti faktor cemburu. Dalam hal ini, kata dia, tidak ada hubungan apakah anak itu normal ataupun kelainan genetik seperti seorang gay.

"Kasus ini, dilihat dari kacamata psikolog, bahwa pembunuhan yang dilakukan anak-anak pelajar itu, ialah kurangnya mengontrol emosinya, apalagi yang sifatnya cemburu. Jangankan seorang gay, orang normal saja kalau cemburu bisa  melakukan apa saja, dan ini jelas tidak ada hubungannya dengan gay," paparnya.

Menurut Mariana, seharusnya aparat kepolisian bisa mengungkapkan apa yang menjadi penyebab terjadinya pembunuhan itu. Kata dia, selama ini, antara orang normal dan seorang gay tidak ada perbedaan yang mencolok, cuma, saja seorang gay suka sesama jenis.

"Sifatnya gay ini merupakan bawaan lahir dan sangat sedikit sekali kasus orang normal menjadi gay, beda dengan transgender (banci) dimana mereka yang memiliki tubuh laki-laki dan sifatnya perempuan. Kalau jaman dulu, orang-orang yang seperti itu dianggap tidak waras atau sakit, tetapi saat ini sudah dianggap sama dengan orang normal, tapi di negara kita kedua kelompok itu masih dianggap tabu, karena bertentangan dengan nilai agama," paparnya.

Mariana mengatakan, bahwa kecil kemungkinan penyakit gay ini tertular ke orang yang normal. Untuk itu, ia menyarankan kepada orang tua ataupun masyarakat, untuk menjaga anaknya terhindar dari itu. Berilah pemahaman kepada anak, seperti nilai agama, sosial, budaya dan lain-lainnya.

"Saya mengharapkan agar semua orang tua ataupun masyarakat, sering-seringlah komunikasi kepada anak-anaknya, buat suatu pandangan terhadap komunitas seperti itu, agar terhindar dari komunitas seperti itu, " pungkas Mariana. (Haluan Kepri /byu)



@



0 komentar:

Posting Komentar - Kembali ke Konten

Menyoal Aktivitas Komunitas Gay Di Batam