BATAM HARI INI - Tren penurunan inflasi di Kepulauan Riau (Kepri) terus berlanjut pada April 2014. Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepri mencatat, sepanjang April terjadi deflasi sebesar 0,57 persen (month to month).
Penurunan inflasi di Kepri merupakan kontribusi dari penurunan inflasi Kota Batam dan Tanjungpinang, sebagai dampak dari penurunan harga pada sebagian besar komoditas volatile food (komoditas pangan yang sensitif terhadap perubahan harga). Pada bulan April 2014, Provinsi Kepri mencatatkan inflasi tahunan sebesar 6,98 persen. Kelompok komoditas volatile food di Kota Batam mencatatkan deflasi sebesar 4,68 persen (mtm) dan memberikan andil deflasi sebesar 0,92 persen. Sementara di Tanjungpinang komoditas yang sama mencatatkan deflasi sebesar 4,07 persen (mtm) dan memberikan andil deflasi sebesar 0,86 persen.
"Meskipun menurun, laju inflasi Kepri masih tertahan oleh inflasi yang terjadi pada beberapa komoditas inti, yaitu tarif rumah sakit dan biaya sewa rumah, terutama di Kota Batam. Inflasi pada komoditas administered price (komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah) hanya terjadi di Kota Batam, yakni sebesar 0.02 persen (mtm) dengan andil sebesar 0,005 persen. Laju deflasi Kepri tersebut secara bulanan lebih tinggi dibanding deflasi nasional yang tercatat sebesar 0,02 persen (mtm) atau sebesar 7,24 persen (yoy) secara tahunan," ujar Ketua II TPID Provinsi Kepri Gusti Raizal Eka Putra yang juga Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri melalui pres realisnya, Selasa (6/5).
Pasokan yang melimpah dan cuaca yang mulai normal menjadi faktor utama terjadinya deflasi, meskipun di sisi lain terdapat kebijakan dan penyesuaian tarif untuk biaya rumah sakit, biaya sewa dan biaya upah pembantu rumah tangga.
Pasokan yang melimpah terjadi paska panen raya bawang merah dan cabai merah, sementara curah hujan serta kondisi gelombang laut yang mulai normal menyebabkan penurunan terhadap harga produk ikan segar. Meskipun demikian, terdapat kebijakan kenaikan tarif kamar dan biaya berobat lainnya di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) per tanggal 1 April 2014, yang merupakan penyesuaian kenaikan biaya sepanjang 5 (lima) tahun terakhir (sebelumnya dilakukan pada tahun 2008).
Adapun inflasi yang terjadi atas kenaikan biaya sewa rumah baru pertama kali terjadi selama 2014, yang merupakan penyesuaian/kenaikan reguler tahunan. Kenaikan upah pembantu rumah tangga sebagai akibat dari penyesuaian terhadap kenaikan upah minimum kota/provinsi di tahun 2014. Sementara itu, di Kota Batam juga terjadi inflasi terhadap komoditas rokok kretek filter dan rokok putih.
"Ke depan, di Provinsi Kepri diprakirakan masih berpotensi untuk terjadi deflasi meskipun dalam skala yang lebih kecil dibanding bulan lalu. Potensi terjadi deflasi didukung oleh kecukupan pasokan cabai merah, bawang merah, sayur-sayuran,dan ikan segar," ujar Gusti.
Kepri pada Mei 2014 diprakirakan akan mengalami deflasi pada kisaran 0,01-0,05 persen (mtm) atau sebesar 6,50 persen-6,70 persen (yoy).
Selanjutnya, dalam rangka pengendalian dan capaian target inflasi tahunan di Provinsi Kepulauan Riau, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) merekomendasikan untuk membangun stock cadangan bahan pangan untuk mencegah kelangkaan bahan pangan pada musim-musim tertentu, menertibkan pelabuhan tidak resmi untuk menghasilkan pencatatan data kebutuhan komoditas kota yang akurat, melakukan koordinasi dengan Pemko dan BP Batam terkait pemanfaatan lahan, guna menambah pasokan bahan makanan demi stabilitasi harga dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan makanan impor, serta pemberlakuan khusus terkait kuota impor di Kota Batam untuk mengatasi defisit bahan pangan. (hk/r/pti)
Penurunan inflasi di Kepri merupakan kontribusi dari penurunan inflasi Kota Batam dan Tanjungpinang, sebagai dampak dari penurunan harga pada sebagian besar komoditas volatile food (komoditas pangan yang sensitif terhadap perubahan harga). Pada bulan April 2014, Provinsi Kepri mencatatkan inflasi tahunan sebesar 6,98 persen. Kelompok komoditas volatile food di Kota Batam mencatatkan deflasi sebesar 4,68 persen (mtm) dan memberikan andil deflasi sebesar 0,92 persen. Sementara di Tanjungpinang komoditas yang sama mencatatkan deflasi sebesar 4,07 persen (mtm) dan memberikan andil deflasi sebesar 0,86 persen.
"Meskipun menurun, laju inflasi Kepri masih tertahan oleh inflasi yang terjadi pada beberapa komoditas inti, yaitu tarif rumah sakit dan biaya sewa rumah, terutama di Kota Batam. Inflasi pada komoditas administered price (komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah) hanya terjadi di Kota Batam, yakni sebesar 0.02 persen (mtm) dengan andil sebesar 0,005 persen. Laju deflasi Kepri tersebut secara bulanan lebih tinggi dibanding deflasi nasional yang tercatat sebesar 0,02 persen (mtm) atau sebesar 7,24 persen (yoy) secara tahunan," ujar Ketua II TPID Provinsi Kepri Gusti Raizal Eka Putra yang juga Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri melalui pres realisnya, Selasa (6/5).
Pasokan yang melimpah dan cuaca yang mulai normal menjadi faktor utama terjadinya deflasi, meskipun di sisi lain terdapat kebijakan dan penyesuaian tarif untuk biaya rumah sakit, biaya sewa dan biaya upah pembantu rumah tangga.
Pasokan yang melimpah terjadi paska panen raya bawang merah dan cabai merah, sementara curah hujan serta kondisi gelombang laut yang mulai normal menyebabkan penurunan terhadap harga produk ikan segar. Meskipun demikian, terdapat kebijakan kenaikan tarif kamar dan biaya berobat lainnya di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB) per tanggal 1 April 2014, yang merupakan penyesuaian kenaikan biaya sepanjang 5 (lima) tahun terakhir (sebelumnya dilakukan pada tahun 2008).
Adapun inflasi yang terjadi atas kenaikan biaya sewa rumah baru pertama kali terjadi selama 2014, yang merupakan penyesuaian/kenaikan reguler tahunan. Kenaikan upah pembantu rumah tangga sebagai akibat dari penyesuaian terhadap kenaikan upah minimum kota/provinsi di tahun 2014. Sementara itu, di Kota Batam juga terjadi inflasi terhadap komoditas rokok kretek filter dan rokok putih.
"Ke depan, di Provinsi Kepri diprakirakan masih berpotensi untuk terjadi deflasi meskipun dalam skala yang lebih kecil dibanding bulan lalu. Potensi terjadi deflasi didukung oleh kecukupan pasokan cabai merah, bawang merah, sayur-sayuran,dan ikan segar," ujar Gusti.
Kepri pada Mei 2014 diprakirakan akan mengalami deflasi pada kisaran 0,01-0,05 persen (mtm) atau sebesar 6,50 persen-6,70 persen (yoy).
Selanjutnya, dalam rangka pengendalian dan capaian target inflasi tahunan di Provinsi Kepulauan Riau, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) merekomendasikan untuk membangun stock cadangan bahan pangan untuk mencegah kelangkaan bahan pangan pada musim-musim tertentu, menertibkan pelabuhan tidak resmi untuk menghasilkan pencatatan data kebutuhan komoditas kota yang akurat, melakukan koordinasi dengan Pemko dan BP Batam terkait pemanfaatan lahan, guna menambah pasokan bahan makanan demi stabilitasi harga dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan makanan impor, serta pemberlakuan khusus terkait kuota impor di Kota Batam untuk mengatasi defisit bahan pangan. (hk/r/pti)
@
Tagged @ Berita Batam.
Tagged @ Perbankan
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten