informasi berita layaknya sebuah koran yang ada di batam

Kafilah MTQ Kepri Digembleng di Asrama Haji-Batam

Asrama Haji - Batam Center
BATAM HARI INI -  Kafilah Kepri pada ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional digembleng di pusat pelatihan, Asrama Haji, Batam Centre, sejak beberapa hari lalu. Ada 42 peserta inti dan tujuh peserta potensial yang akan mengikuti tujuh cabang yang dipertandingkan.

Mereka berlatih setiap hari. Seperti Selasa (22/4) siang, kemarin misalnya. Tiga dara berjilbab berdiri di teras masjid. Ketiganya menghadap ke arah yang sama. Ke arah dua pria berpeci putih. Di antara mereka, kertas-kertas berserak di lantai. Ketiga dara itu bergantian bersuara. Ada yang berceramah, ada yang membaca ayat suci Alquran, dan ada juga yang membalas dengan terjemahan.

Saat bersuara, pandangan mereka pun ikut bergantian. Kadang menatap lurus ke depan, kadang menunduk ke bawah menatap kertas. Kadang kala menatap ke arah pria berpeci sambil tertawa nyengir saat lidah mereka keseleo.

“Bagaimana, Pak? Yang ini harus panjang ya?” tanya seorang pria berpeci.

Zuprizal Effendi, nama pria itu. Ia menyela seorang dara yang baru saja menyelesaikan satu ayat dengan napas tersengal. “Kalau menurut saya, berhenti di sini juga tak apa. Soalnya sudah waqaf,” jawab pria berpeci lainnya. Surya Iriandi, namanya.

Mendengar pernyataan Surya, dara itu pun mengulang kembali bacaan ayatnya. Hingga selesai. Dan bergantian dengan dua dara lainnya.

Itulah sekilas gambaran suasana latihan kafilah Kepri selama berada di Training Centre. Tiga dara tadi adalah peserta untuk cabang Syarhil atau mensyarahkan Quran. Ketiganya adalah Nia Istiqomah, Nur Aqila, dan Nur Vatin Nasihah.

Mensyarahkan Quran berarti menyampaikan maksud ayat-ayat Quran. Diperlombakan dalam MTQ, cabang ini diikuti per kelompok. Satu kelompok terdiri dari tiga orang. Satu orang sebagai pensyarah atau pencapai maksud, seorang sebagai pembaca tilawah atau pembaca ayat-ayat Quran, dan sisanya melakukan puitisasi atau menerjemahkan ayat-ayat yang sudah dibacakan.

“Tadi, Aqila yang jadi pensyarah, Nia tilawah, dan Vatin penerjemahnya,” terang Surya.

Kalau melihat latihannya, rasanya mudah saja. Sebab mereka hanya tinggal membaca teks. Dan menatap penonton sesekali. Tapi ternyata, teks itu tidak akan pernah berada di atas panggung. Mereka harus hafal di luar kepala.

Itu pun bukan cuma satu judul. Melainkan empat judul. Panjang tulisan setiap judulnya bisa empat hingga lima lembar penuh kertas folio. Itu pekerjaan rumah besar untuk pensyarah. Sebab, tugasnya adalah menjelaskan dan mengembangkan ayat. Berbeda dengan tilawah dan penerjemah yang sifatnya menyampaikan ayat Quran.

“Awalnya, harus menguasai isinya dulu. Baru bisa dihafal,” kata Aqila, sapaan Nur Aqila.

Bagi dara kelahiran Kundur, 16 tahun yang lalu itu, menghafal bukanlah sesuatu yang sulit. Sebab ia sudah terbiasa. Aqila sudah menjadi pensyarah sejak tahun 2012. Kelompoknya pernah terpilih menjadi juara I Syarhil MTQ tingkat Kabupaten Karimun. Sayang, tak lolos di tingkat provinsi.

Nah, sejak itulah ia terbiasa dengan materi yang panjang-panjang. Biasanya, ia akan sudah hafal satu judul dalam waktu lima hari. Dengan waktu menghafal minimal tiga jam seharinya. Bisa lebih, kalau memang ia sedang mampu.

“Menghafal itu biasanya habis shalat. Kalau bangun pukul 02.00 WIB habis salat langsung menghafal. Habis subuh juga menghafal,” katanya.

Aqila tak pernah sekalipun tak menghafal materinya. Semua tulisan yang ada di dalam kertas pasti akan dihafalnya. Hingga sampai titik, koma. Meski sebenarnya, saat ia salah, tak akan ada yang tahu. Kecuali ia dan satu timnya.

Ini berbeda dengan Nia dan Vatin. Nia yang membaca tilawah dituntut tak boleh salah. Bacaan huruf, panjang-pendek, sengau, juga irama. Sebab apa yang ia baca ada di dalam Quran. Salah membaca Quran, bukan cuma malu yang didapat. Tapi juga dosa. Berat bebannya.

Untung, Nia juga sudah terbiasa dengan hafalan Quran. Nia, sejatinya, seorang penghafal Quran. Ia sudah hafal 10 juz Quran. Ia juga pernah mengikuti MTQ untuk cabang Tahfidz 1 juz di tahun 2012. Sudah menang di tingkat Provinsi Kepri bahkan dikirim ke tingkat nasional. Sayang, dara berusia 17 tahun ini tak berhasil membawa pulang piala juara I. Ia mendapat peringkat keempat, sebagai juara harapan I.

Nia terpilih masuk dalam kelompok Syarhil sebab bacaannya bagus. Karimun memang telah mempersiapkan bibit-bibit paling unggul untuk MTQ. Mulai dari tingkat kabupaten.

Semua bibit dari kecamatan diseleksi ulang. Kelompok-kelompok syarhil asal kecamatan dipecah. Dirombak ulang dicari yang terbaik. Dari jumlah yang puluhan mengerucut hingga belasan, lima, lalu tiga. Maka, di ajang MTQ Provinsi Kepri itulah pertama kali Aqila bertemu Nia. Dan keduanya bertemu Vatin.

Vatin yang bernama lengkap Nur Vatin Nasihah ini belum pernah meraih kemenangan dalam MTQ. Namun, ia pernah memenangkan lomba pidato berbahasa Indonesia. Itu untuk tingkat nasional. Sedikit banyak, hawanya sama sebab pesaingnya juga dari seluruh Indonesia.

“Tidak ada takutlah. Bismillah saja,” kata ketiganya mantap saat obrolan sampai ke tahap kekhawatiran mereka.

Memang tidak ada kendala berarti yang mereka rasakan untuk MTQ nanti. Sebab persiapan materi pun sedang dijalankan. Begitu pula dengan persiapan mental dan kekompakan.

Kompak, itulah kuncinya. Penampilan satu orang mewakili satu tim. Satu jelek, yang lainnya jelek. Nah, untuk itu, mereka menjaga kekompakan tidak hanya di atas panggung tetapi juga di luar panggung. (bp/ceu)



@



0 komentar:

Posting Komentar - Kembali ke Konten

Kafilah MTQ Kepri Digembleng di Asrama Haji-Batam