Oleh: Teuku Jayadi Noer Pemerhati Masalah Sosial dan Politik dari LP3SK-NGO RiciSd |
OPINI ANDA - Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) 2014 telah dilaksanakan. Berbagai cerita turut mengiringi pascapelaksanaan Pileg. Namun seperti Pemilu sebelum-sebelumnya, ada dua hal yang kembali mengemuka yaitu ketidaksiapan pelaksanaan Pemilu dan indikasi terjadi berbagai kecurangan. Iya, pelaksanaan Pemilu 2014 ini tidak bisa dikatakan lebih baik dari Pemilu 2009. Namun, ada secercah harapan Indonesia akan lebih baik dari sebelumnya jika melihat dari hasil sementara Pileg 2014.
Dari hasil quick count (hitung cepat) berbagai lembaga survei, di tingkat nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) juara dengan perolehan suara mencapai 19 persen. Tahniah untuk PDIP dan selamat atas kemenangannya! Tempat kedua, diduduki Golkar yang meraih suara sekitar 14 persen. Kemudian diikuti Gerindra di urutan ketiga dengan jumlah suara sekitar 11 persen. Sedangkan pemenang Pemilu 2009, Demokrat harus puas di posisi keempat dengan jumlah suara sekitar 9 persen. Di bawahnya menyusul PKB 9 persen, PAN 7 persen, Nasdem 6 persen, PKS 6 persen, PPP 6 persen, Hanura 5 persen, PBB 1 persen, dan PKPI 1 persen.
Hasil sementara ini biasanya tidak akan berbeda jauh dengan hasil real count (hitung nyata). Bahkan, Presiden SBY yang juga Ketua Umum Demokrat telah memberikan selamat kepada PDIP dan partai-partai lainnya yang sukses mendulang suara lebih banyak pada Pemilu kali ini.
Hasil ini ada yang sesuai dengan prediksi sejumlah pihak termasuk lembaga survei sebelum pelaksanaan Pemilu lalu. Tapi ada juga yang tidak sesuai dengan prediksi dan perkiraan.
Keluarnya PDIP sebagai juara sudah sesuai dengan prediksi sebelumnya. Tapi jumlah suara yang diperoleh tidak seperti yang diperkirakan. Tembusnya Gerindra di posisi tiga besar juga sudah sesuai dengan prediksi.
Juga dengan posisi Golkar sebagai runner up. Meski terus digoncang berbagai badai tapi sekali lagi Golkar mampu membuktikan sebagai parpol yang berpengalaman dan mempunyai mesin yang handal. Terlemparnya Demokrat ke posisi keempat juga telah diprediksi. Ini melihat sejumlah masalah yang menimpa partai berlambang Mercy ini. Salah satunya kasus korupsi Hambalang yang menyeret mantan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga dari partai Demokrat Andi Malarangeng. Kasus ini juga menyeret nama petinggi-petinggi partai Demokrat lainnya. Tak hanya itu, kasus ini membuat Anas menyatakan perang terbuka kepada SBY. Demikian juga hasil yang diraih NasDem, tidak terlalu mengejutkan. Meski sempat goyah dengan keluarnya Hary Tanoesoedibjo, NasDem mampu meraih suara yang cukup signifikan dengan menjual sebagai partai baru yang membawa perubahan.
Hal yang cukup mengejutkan dari hasil quick count ini adalah munculnya PKB yang menempel posisi Demokrat. Melambungnya suara PKB yang menggeser posisi sejumlah partai berbasis Islam sangat di luar prediksi. Apalagi, sebelumnya banyak yang mengatakan partai berbasis agama akan sulit berbicara di Pemilu 2014. Terutama setelah PKS dihantam badai dengan ditangkapnya mantan Ketua Umum PKS Luthfi Hasan dalam kasus korupsi.
Hal lain yang cukup mengejutkan adalah kecilnya perolehan suara yang didapat Hanura. Padahal, sebelum Pemilu 2014 sejumlah lembaga survei menempatkan posisi Hanura bersaing dengan Gerindra bisa menembus tiga besar pada Pemilu 2014. Dengan hasil Pileg ini, tidak ada satupun partai yang bisa mencalonkan presiden sendiri. Ini membuat peta persaingan di Pilpres nanti semakin menarik. Karena, tak ada jalan selain menggandeng partai lain membuat koalisi untuk mengusung capres. Akibatnya, sejumlah petinggi partai pun langsung melakukan gerilya setelah hasil quick count keluar.
Meski hasil Pileg telah mendapatkan gambaran pemenangnya untuk tingkat nasional, namun pelaksanaannya tetap meninggalkan berbagai catatan merah. Ini dimulai dari kurang siapnya Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Contohnya bisa kita lihat yang terjadi di Kota Batam. Banyaknya anggota KPPS bahkan Ketua KPPS yang kurang memahami UU atau aturan KPU tentang Pemilu, memicu berbagai kekacauan.
Padahal KPPS inilah ujung tombak yang bisa menyukseskan Pemilu. Akibat kurang memiliki kemampuan, pelaksanaan Pemilu secara keseluruhan menjadi terganggu. Ini bisa kita lihat dari sejumlah kasus yang terjadi di Batam yang berawal dari tingkat KPPS. Berbagi indikasi kecurangan bermula dari tingkat KPPS. Salah satu yang paling mendapat sorotan adalah hilangnya 400 surat suara di TPS 22 Kapital Raya. Hanya Formulir C1 yang ditinggalkan di kotak suara.
Akibat kelemahan yang terjadi di tingkat KPPS, agenda rekapitulasi suara di tingkat Panitia Pemungutan Suara (PPS) pun menjadi molor. Dan bisa saja berimbas ke tahap-tahap selanjutnya. Hal ini dipicu banyaknya Formulir C1 (bukti rekapitulasi suara) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang bermasalah. Formulir C1 itu sebagian besar tak diisi petugas KPPS dengan alasan kurang memahaminya dan faktor kelelahan. Selain itu, Formulir C1 juga ada yang dimasukkan ke dalam kotak suara. Padahal hal ini jelas salah. Hal ini terjadi di sejumlah daerah di Batam seperti Sekupang, Tiban, Seiharapan, Batubesar, Nongsa, Bengkong, Batumerah, dan tempat-tempat lainnya. Banyaknya surat Formulir C1 yang tak diisi petugas KPPS, disinyalir karena KPU tidak memberikan bimbingan dan pelatihan. Selain itu, kendalanya terletak di Formulir C1 yang memiliki format baru.
Selain Formulir C1, masalah lain yang timbul adalah ditemukannya kotak suara yang terbuka. Seperti empat kotak surat suara dari TPS 22, di Perumahan Air Mas, Kelurahan Bukit Tempayan, Batuaji. Dugaan awal ini adalah indikasi kecurangan yang dilakukan petugas KPPS. Hal lain yang patut disorot adalah dimana Panitia Pengawas (Panwas) Pemilu saat berbagai indikasi pelanggaran marak terjadi. Ya, seperti yang sudah-sudah, Panwas tak bertaji atau memang dikondisikan seperti itu.
Kita tentu berharap Pemilu 2014 ini bisa membawa angin perubahan ke arah yang lebih baik bagi Indonesia. Namun, harapan itu sepertinya masih belum bisa sepenuhnya kita raih. Maraknya aksi kecurangan termasuk money politic dan kurang siapnya pelaksana Pemilu, tentu membuat kita semua prihatin.
Bagaimana mengharapkan sesuatu yang baik jika awalnya saja sudah tidak baik. Meskipun begitu, tetap ada hal positif yang harus kita ambil. Apa yang terjadi dalam Pemilu kali ini haruslah dijadikan pelajaran untuk Pemilu selanjutnya. Tentu kita tidak ingin disebut bangsa keledai karena masuk ke lobang yang sama untuk kedua kalinya.
Agar hasil Pemilu 2014 bisa dihargai, ada baiknya setiap pelanggaran yang terjadi ditindak tegas. Terutama untuk kasus yang masuk ranah pidana. Hanya dengan begitu, kita bisa menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada Pemilu 2014 ini. Namun jika ini tidak dilakukan, akan berimbas pada pelaksanaan Pemilu selanjutnya. Untuk menjadi negara yang maju dan bermartabat, hukum harus menjadi panglima. Peraturan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. *** From Batampos
@
Tagged @ Opini
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten