![]() |
Geng Motor ala Kota Batam |
Terakhir, Sabtu (10/5), jajaran Polsek Sekupang dan Polresta Barelang berhasil menjaring puluhan anggota geng motor di kawasan Marina City, Sekupang. Polisi juga menyisir kawasan Tiban, kemudian di Taman Kolam Sekupang dan sejumlah tempat yang biasa ditongkrongi komplotan geng motor.
Yang membuat prihatin, tentulah personil dari kelompok geng motor tersebut. Rata-rata, mereka masih berusia remaja. Bahkan, di antara yang berhasil dijaring polisi, terdapat pula anak yang masih duduk di kelas 6 sekolah dasar.
Bagaimana bisa, seorang bocah remaja seperti itu terlibat dalam satu wadah yang lebih kental sisi negatifnya? Kita sama-sama tau, geng motor itu sering membuat onar, kekacauan lalulintas hingga ke tindak kriminal. Masalah-masalah sosial seperti itu, sungguh sangat disayangkan dilakukan oleh anak-anak remaja yang kelak menjadi tumpuan masa depan bangsa ini.
Perkembangan geng motor ini, tak lepas dari trend and mode yang sedang berlangsung. Berdasar kesaksian para anggota geng motor, mereka merasa mendapat kebanggaan saat berkumpul kemudian membuat onar. Mulanya berbuat jahat dari yang ringan seperti bolos sekolah, lama-lama mencuri, merampok dan membunuh. Lumrahnya jika sudah berani jahat ada indikasi mereka mengkonsumsi narkoba.
Kita tentu sepakat, aksi-aksi seperti itu, oleh para generasi harapan negeri itu harus segera diredam. Namun, sebelum diberantas, hendaknya kita memahami dasar-dasar yang membuat para anak remaja itu berkumpul dalam sebuah kelompok bernama geng motor.
Alasan yang sering mengemuka dari para pelaku geng motor adalah, keinginan untuk menunjukkan eksistensi diri. Mereka ingin diakui keberadaannya. Tapi ada juga yang asal mulanya hanya karena senang kebut-kebutan. Soal sebab tawuran antar geng motor, banyak hal yang bisa menjadi pemicunya. Mulai dari masalah rebutan perempuan, daerah kekuasaan, hingga wilayah pemasaran obat-obatan terlarang.
Mengapa ada sebagian kalangan remaja yang mudah terbujuk untuk mengikuti geng motor? Benarkah seluruh fenomena itu sekadar persoalan psikologis, ataukah justru lebih bercorak sosiologis?
Sangat banyak faktor penyebab remaja terjerumus ke dalam kawanan geng motor. Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orangtua. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orangtua mereka dengan pekerjaan, sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat mengganti dahaga mereka akan kasih sayang dan perhatian orangtua.
Pada dasarnya setiap orang menginginkan pengakuan, perhatian, pujian, dan kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orangtua atau keluarganya, karena secara alamiah orangtua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat. Pada saat pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka dapatkan di rumah, maka mereka akan mencarinya di tempat lain.
Salah satu tempat yang paling mudah mereka temukan untuk mendapatkan pengakuan tersebut adalah di lingkungan teman sebayanya. Sayangnya, kegiatan-kegiatan negatif kerap menjadi pilihan anak-anak broken home tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan eksistensinya.
Lembaga-lembaga sosial, seperti keluarga dan sekolah, adalah kekuatan yang dapat membatasi meluasnya geng motor. Mekanisme pengendalian itu lazim disebut sebagai sosialisasi. Dalam proses sosialisasi itu, setiap unit keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab membentuk, menanamkan, dan mengorientasikan harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, serta tradisi-tradisi yang berisi norma-norma sosial kepada remaja.
Karena itu, diperlukan kerjasama yang cantik antara pihak sekolah dan orangtua dalam peran sertanya 'memberantas' aksi negatif komplotan geng motor. Dengan membentengi setiap anak dan menanamkan jiwa kasih sayang serta nilai-nilai kebajikan, kita percaya, eksistensi geng motor dengan sendirinya akan redup. Untuk itu, diperlukan pula dorongan aktif dari pemerintah termasuk aparat keamanan.
@
Tagged @ Sosial Kemasyarakatan
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten