BATAM HARI INI- Disinyalir tak mengantongi izin eksplorasi dan penambangan, di sejumlah lokasi daerah Barelang aktivitas tambang pasir laut kian merajalela. Pemerintah Kota Batam diminta untuk bertindak demi kelestarian biota laut maupun ekosistem hutan bakau.
Sedikitnya terdapat empat lokasi penambangan. Setiap lokasi sedikitnya digarap enam sampai delapan petambang yang menggunakan pompa untuk menyedot pasir-pasir yang ada di tepian laut.
Informasi yang diperoleh, aktivitas tambang pasir laut ini merupakan peralihan dari aktivitas tambang pasir darat yang pernah ditertibkan oleh Tim Terpadu yang dikoordinir Kepala Bapedalda Batam, Dendi Purnomo.
"Para penambang ini dulunya main pasir darat. Ditertibkan oleh Pemerintah tanpa ada solusi, beralihlah ke pasir pasir laut," kata sumber BATAMTODAY. COM, di Kampung Harapan, Barelang, Senin (31/3/2014) siang.
Tiap penambang pasir laut rata-rata menggunakan dua mesin pompa dan minimal empat karyawan. Untuk mengontrol pipa penyedot di laut di tempat dua orang karyawan, dan dua orang lagi untuk mengumpulkan atau memisahkan pasir dari lumpur.
Seorang pelaku tambang yang enggan namanya disebut mengakui aktivitas itu terpaksa mereka geluti untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebab, aktivitas tambang pasir darat yang dulu pernah mereka geluti sudah ditertibkan oleh Pemerintah Batam.
"Kami bukan tak mau mematuhi aturan, tapi Pemerinta dalam melakukan penertiban tak pernah bisa memberikan solusi, sementara kebutuhan hidup harus dipenuhi. Daripada merampok mending jadi penambang pasir," kata pria, asal pulau Jawa itu.
Dijelaskannya, pasir laut yang disedot dari laut menggunakan mesin pompa itu per lori dijual seharga Rp350-400 ribu. Sementara, dibanding dengan pasir darat yang dapat mencapai Rp500-700 ribu per truk, tambang pasir laut jauh lebih ekonomis.
"Pasir laut ini lebih murah, dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding kerusakan yang ditimbulkan tambang pasir darat," kata dia.
Denggan menggunakan dua pompa mesin air dan pipa paralon sekitar 100-150 meter, pelaku tambang membutuhkan modal sekitar Rp40-50 juta. Pasir hasil sedotan itu biasanya langsung dijual ke pengembang atau ke panglong yang mampu melakukan penimbunan.
"Penyalurannya ke developer dan ke panglong. Tapi ada juga yang langsung sama pemakai atau tukang," tutup dia.
Editor: Dodo/Batamtoday
Sedikitnya terdapat empat lokasi penambangan. Setiap lokasi sedikitnya digarap enam sampai delapan petambang yang menggunakan pompa untuk menyedot pasir-pasir yang ada di tepian laut.
Informasi yang diperoleh, aktivitas tambang pasir laut ini merupakan peralihan dari aktivitas tambang pasir darat yang pernah ditertibkan oleh Tim Terpadu yang dikoordinir Kepala Bapedalda Batam, Dendi Purnomo.
"Para penambang ini dulunya main pasir darat. Ditertibkan oleh Pemerintah tanpa ada solusi, beralihlah ke pasir pasir laut," kata sumber BATAMTODAY. COM, di Kampung Harapan, Barelang, Senin (31/3/2014) siang.
Tiap penambang pasir laut rata-rata menggunakan dua mesin pompa dan minimal empat karyawan. Untuk mengontrol pipa penyedot di laut di tempat dua orang karyawan, dan dua orang lagi untuk mengumpulkan atau memisahkan pasir dari lumpur.
Seorang pelaku tambang yang enggan namanya disebut mengakui aktivitas itu terpaksa mereka geluti untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Sebab, aktivitas tambang pasir darat yang dulu pernah mereka geluti sudah ditertibkan oleh Pemerintah Batam.
"Kami bukan tak mau mematuhi aturan, tapi Pemerinta dalam melakukan penertiban tak pernah bisa memberikan solusi, sementara kebutuhan hidup harus dipenuhi. Daripada merampok mending jadi penambang pasir," kata pria, asal pulau Jawa itu.
Dijelaskannya, pasir laut yang disedot dari laut menggunakan mesin pompa itu per lori dijual seharga Rp350-400 ribu. Sementara, dibanding dengan pasir darat yang dapat mencapai Rp500-700 ribu per truk, tambang pasir laut jauh lebih ekonomis.
"Pasir laut ini lebih murah, dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding kerusakan yang ditimbulkan tambang pasir darat," kata dia.
Denggan menggunakan dua pompa mesin air dan pipa paralon sekitar 100-150 meter, pelaku tambang membutuhkan modal sekitar Rp40-50 juta. Pasir hasil sedotan itu biasanya langsung dijual ke pengembang atau ke panglong yang mampu melakukan penimbunan.
"Penyalurannya ke developer dan ke panglong. Tapi ada juga yang langsung sama pemakai atau tukang," tutup dia.
Editor: Dodo/Batamtoday
@
Tagged @ Berita Batam.
Tagged @ Kriminal
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten